19 Oktober 2008

IMAN YANG BERTAHAN DAN YANG TIDAK TERPENGARUH KEADAAN

Ringkasan Khotbah Ibadah ke-1, Minggu, 10 Agustus 2008
“IMAN YANG BERTAHAN DAN YANG TIDAK TERPENGARUH KEADAAN”
Oleh : Pdt R. Tim Kastanya
Ayat Pokok : Kejadian 6 : 22

Pada ibadah Minggu lalu kita bisa belajar meneladani dari dua sikap iman Nuh yaitu Iman menerima Firman Tuhan apa adanya dan iman yang disertai ketaatan. Saat ini kita akan belajar dua sikap iman Nuh yang lain yang dapat menjadi teladan bagi kita, umat Tuhan yang hidup di zaman sekarang ini.

Pada Zaman Nuh, kondisi di sekeliling Nuh sudah terjadi kemerosotan moral yang disebabkan oleh kemerosotan rohani, semua manusia di bumi telah jahat dimata Tuhan. Sebelum Allah menghukum bumi dengan air bah, Allah mempersiapkan Nuh dan keluarganya agar luput dari penghukuman tersebut dengan cara memerintahkan Nuh untuk membuat bahtera diatas Gunung Ararat. Biasanya orang membuat perahu atau bahtera di tepi pantai, tetapi Nuh di atas gunung. Nuh tetap melakukan hal yang menurut kebanyakan orang seperti hal yang ganjil. Ini bukti Nuh memiliki ketaatan tanpa ada paksaan. Ada orang yang sudah bertobat dari kehidupan lama yang tak berkenan, tetapi ia tidak mau hidup dalam kebenaran / tidak melakukan kebenaran dengan taat. Ada 2 aspek keselamatan, yaitu :

1. Pada waktu kita pertama kali bertobat, yaitu ketika kita menerima Yesus sebagai Juru Selamat. Pada saat itulah kita disebut sebagai anak-anak Allah. Keselamatan yang Tuhan beri dengan cuma-cuma merupakan Anugerah keselamatan bagi orang yang percaya.

2. Setelah kita bertobat, diperlukan praktek, dan tindakan iman, yaitu meninggalkan kehidupan lama dan masuk ke dalam kehidupan yang baru. Hidup baru adalah hidup yang seturut dengan kehendak Tuhan sehingga hidup kita dapat terus layak sampai kita masuk kedalam kehidupan Allah yang kekal.

Nuh melakukan tindakan iman dalam pengiringannya kepada Tuhan. Iman yang perlu diteladani dari Nuh adalah :

1. Iman Nuh yang mengalahkan cemoohan.

Nuh tidak menghiraukan cemoohan orang-orang pada saat ia membangun bahtera. Menurut kenyataan yang dilihat memang keadaan alam pada saat itu baik-baik saja, tidak ada tanda-tanda akan turun air bah. Nuh mengerjakan bahtera dengan penuh ketekunan, walaupun ia seorang petani yang bukanlah seorang ahli membangun. Nuh membangun bahtera sambil berkhotbah memperingati semua orang untuk bertobat, tetapi hanyalah ejekan dan penghinaan yang diterima oleh Nuh. Hal itu tidak mempengaruhi sikap iman Nuh kepada Allah. Iman yang yang dimiliki Nuh tidaklah dipengaruhi oleh keadaan dan situasi apapun. Bagaimana dengan kita? Apakah kita masih dapat mempertahankan iman kita di tengah-tengah lingkungan yang tidak mendukung. Iman kita akan dapat teruji dari setiap tekanan yang terjadi dalam hidup kita. Jika tekanan membuat iman kita menjadi lemah, berarti iman kita masih dapat terpengaruh oleh keadaan atau lingkungan. Iman yang timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan haruslah dipelihara dengan melakukan tindakan iman. Suatu pengetahuan yang tidak dipraktekkan atau digunakan seringkali dikatakan “mubazir” (sia-sia).

Dalam Lukas 17 : 26, dan 27, mengatakan bahwa keadaan zaman sekarang ini akan seperti keadaan pada zaman Nuh, dimana kemerosotan moral, dan kejahatan terjadi. Perbedaannya adalah pada zaman Nuh, bumi dihukum dengan air bah, sedangkan di zaman akhir ini bumi akan dihukum dengan api belerang. Milikilah iman yang tidak tepengaruh dengan tekananan apapun. Ada kesaksian dari seorang ibu yang mengalami tekanan dari suaminya. Perlakuan kasar suaminya tidak membuat ia menjadi tawar hati, justru ia tetap menerapkan kasih kepada suaminya, sampai pada akhirnya suaminya dapat dimenangkan. Hidup suaminya menjadi berubah, karena iman yang teguh dari ibu ini. Iman yang teguh ini tidak saja menyelamatkan ibu ini, tetapi suaminya juga.

2. Iman Nuh adalah iman yang bertahan, bukan semusim.

Iman Nuh tetap bertahan dalam tekanan-tekanan selama kurun waktu 120 tahun dalam pembuatan bahtera. Ketahanan imannya terbentuk karena ia seorang yang taat kepada semua Firman Tuhan. Langkah awal adalah hal yang penting, tetapi langkah akhirlah yang menentukan kita selamat atau tidak. Iman yang bertahan tidaklah terpengaruh oleh kurun waktu tekanan yang panjang sekalipun. Iman yang semusim tidaklah menjamin seorang percaya dapat selamat. Kita harus percaya kepada kasih Allah lewat pengorbanan Yesus di Salib. Jika Ia sudah mati untuk keselamatan jiwa kita, ia sanggup memelihara hidup kita jika kita mau dalam kehendakNya.

Sekarang anak-anak Tuhan diperhadapkan dengan ramalan-ramalan peramal di televisi, majalah, internet, dan media-media lain. Jangan sampai iman kita terpengaruh dengan ramalan-ramalan yang tanpa kita sadari membawa kita semakin jauh dari kehendak Tuhan. Mempercayai ramalan-ramalan adalah suatu hal yang menggambarkan sesorang meragukan kuasa Allah dan imannya kepada Allah mulai goyah. Praktek-praktek perdukunan dan okultisme akan mengikat kita, dan mematikan iman kita kepada Tuhan, yang pada akhirnya membawa kebinasaan hidup kita. Keselamatan itu harus dipertahankan dengan iman, seperti Nuh ia dan keluarganya selamat karena tindakan iman Nuh. Dari kehidupan iman Nuh kita dapat belajar agar kita memiliki iman seperti Nuh, yaitu :

1. Iman yang menerima Firman Tuhan apa adanya.

2. Iman Nuh disertai dengan ketaatan.

3. Iman Nuh, iman yang dapat mengatasi cemoohan.

4. Iman Nuh adalah iman yang bertahan.

Berjuanglah untuk sampai kepada keselamatan yang kekal dengan iman yang teguh. Keselamatan memang kita dapat cuma-cuma, tetapi keselamatan yang sudah kita terima harus dipertahankan dengan iman yang teguh sampai akhir hidup kita atau sampai MARANATHA, Yesus datang kembali ke dunia. Tuhan Yesus menolong kita orang yang beriman!