10 Agustus 2008

KETAATAN ADALAH BUKTI DARI IMAN

Ringkasan Khotbah Ibadah Raya, Minggu, 3 Agustus 2008
KETAATAN ADALAH BUKTI DARI IMAN
Ayat Pokok : Ibrani 11 : 7
Oleh :
Bpk. Pdt R.Tim Kastanya

Kita bisa sama-sama belajar dari kehidupan Nuh, dimana ia disebut sebagai tokoh iman atau Pahlawan iman. Didalam kitab Kejadian 6: 8 – 17, kita dapat tarik pelajaran bagaimana Nuh memiliki iman yang teguh, ia taat kepada perintah Tuhan sehingga dikatakan ia seorang yang berkenan di mata Tuhan. Iman yang dimiliki Nuh bukan hanya mendengar Perintah Tuhan saja, tetapi ia melakukan perintah atau apa yang difirmankan Tuhan. Ketaatan Nuh kepada Tuhan ditunjukkan dari ia melakukan segala Firman Tuhan tanpa pilih-pilih, apa adanya, tidak ada perbantahan. Seringkali kita yang disebut orang percaya masih memilih milih untuk melakukan Firman Tuhan yang sesuai dengan perasaan atau akal pikiran kita saja. Ketika Firman Tuhan datang yang menyenangkan bagi hati kita, kita masih mau melakukannya, tetapi saat Firman Tuhan datang dengan tegas dan keras terkadang kita menolaknya baik secara halus atau terang-terangan. Ketika kita menolak Firman Tuhan dan mengangap pendapat kita yang benar, berarti kita bukanlah seorang yang taat kepada Tuhan secara total.

Pada zaman Nuh hidup, seluruh manusia di bumi dikatakan sudah rusak berat, sarat dengan dosa dan kejahatan. Setiap perilaku manusia pada saat itu cenderung membuahkan kejahatan. Allah bertindak menghukum bumi dengan menurunkan hujan air bah untuk memusnahkan semua mahluk yang ada di permukaan bumi yang sudah rusak karena dosa. Tindakan Allah untuk menghukum dunia tentunya tidak langsung Allah kerjakan, Ia masih memberi kesempatan kepada manusia untuk berbalik dari jalan yang jahat kembali kepada Allah. Nuh adalah orang yang hidup berkenan dihadapan Tuhan. Nuh memperingatkan orang-orang disekitarnya untuk bertobat, kembali kepada Allah. Dalam Kejadian 6 : 9, Nuh mendapat Kasih karunia dimata Tuhan. Tuhan memperhatikan Nuh dan keluarganya dari antara semua makhluk di bumi, Karena Nuh hidup berkenan dimata Tuhan. Sebab itu saudara yang terbilang sebagai kepala rumah tangga berperan sebagai imam dalam keluarga. Jika saudara hidup berkenan dihadapan Allah yaitu mau taat kepada kehendak Allah, maka Allah akan meluputkan dari malapetaka bukan saja secara pribadi tetapi seluruh keluarga pun akan diselamatkan.

Keadaan dunia pada saat ini seperti keadaan zaman Nuh hidup, dimana terjadi kriris diberbagai bidang kehidupan. Karena sulitnya mempertahankan hidup banyak orang mengalami keputusaan, sampai nekad mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Krisis moral terjadi dimana-mana, gaya hidup yang bebas mulai dari kalangan remaja sampai kalangan yang sudah berumah tangga yaitu sex bebas. Kita memang hidup di zaman yang sulit, dimana dunia semakin jahat, umat Tuhan harus memiliki iman yang teguh untuk dapat melawan arus dunia ini. Seperti Nuh, ia dapat hidup berkenan karena ia berani melawan arus dunia, disaat orang lain hidup memuaskan hawa nafsu, ia tetap mempertahankan hidupnya berkenan kepada Tuhan. Pada saat itu Nuh diperintahkan Tuhan untuk membuat bahtera dan ia taat mau melakukannya maka dibuatnya bahtera sesuai yang Tuhan inginkan. Walaupun banyak orang berpendapat buruk, menghina apa yang diperbuat Nuh, ia tetap melakukan kehendak Tuhan. Nuh percaya kepada Tuhan sehingga ia tidak terpengaruh dengan suara sumbang orang-orang yang disekitarnya. Kalau Nuh memakai akal atau logikanya, bisa saja ia dapat menjadi tidak percaya kepada Tuhan, karena pada saat itu keadaan baik-baik saja. Nuh juga sebenarnya dapat saja berdalih ia tidak bisa membangun bahtera, karena dia bukan seorang ahli membangun atau tukang kayu tetapi ia seorang petani, dan fisiknya sudah semakin lemah karena ia berumur 480 tahun pada saat itu. Tetapi keadaan tidak mempengaruhi keyakinannya kepada Firman Tuhan, sehingga ia dan keluarganya menjadi yang satu-satunya selamat dari Air Bah.

Ada pelajaran yang dapat kita ambil dari kehidupan Nuh :

1. Nuh memiliki iman menerima Firman Tuhan apa adanya

Dalam Kejadian 6 : 22, “Lalu Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya.

Nuh melakukan tepat apa yang Tuhan inginkan. Inilah yang dinamakan iman yang disertai tindakan, Nuh tidak sekedar mau mendengar saja, tetapi mau melakukannya dengan tepat. Dalam Ibrani 11:7, mengatakan bahwa ia melakukan setiap petunjuk Allah untuk membangun bahtera, walaupun ia tidak tahu air bah pasti akan terjadi. Nuh yakin Allah memberi perintah untuk kebaikannya dan keluarganya. Ia dengan tekun membangun bahtera selama jangka waktu yang tidak singkat, yaitu selama 120 tahun. Jangka waktu ini diambil dari 600 tahun usia Nuh saat air bah turun dikurangi 480 tahun usia Nuh waktu mulai membuat bahtera. Dalam jangka waktu yang panjang ini, Nuh memperingati orang-orang yang ada disekitarnya dengan memberitakan Firman Tuhan supaya mereka semua dapat bertobat dari kejahatan yang mereka lakukan. Walaupun ia ditolak oleh orang banyak, tetapi ia tetap setia melakukan semua itu.

Bagaimana dengan kehidupan kita, apakah kita menerima Firman Tuhan apa adanya seperti Nuh? Jika kita mau menerima setiap Firman Tuhan tanpa perbantahan atau dalih, maka kita akan mendapat kasih karunia di mata Tuhan dan memilki iman yang teguh.

2. Nuh memiliki ketaatan

Iman Nuh yang tetap kuat dan tetap bertumbuh terbentuk karena ia setia melakukan Firman Tuhan. Ketaatannya kepada setiap perintah tidaklah pilah-pilih untuk menyenangkan dagingnya saja, tetapi sampai hal yang sebenarnya tidak ia inginkan. Jika kita mau hidup kita dan keluarga kita selamat dan bahagia di sepanjang perjalanan hidup kita, lakukanlah setiap Firman Tuhan yang datang kepada kita. Ketaatan yang dinginkan Tuhan adalah ketaatan yang tulus, bukan karena keterpaksaan supaya kita memiliki ketentraman dan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Seringkali Firman Tuhan datang bertentangan dengan daging kita yang pada dasarnya selalu ingin yang menyenangkan hati. Contohnya Firman Tuhan dalam Matius 5 : 39, kita tidak boleh membalas kejahatan yang orang lain perbuat kepada kita. Tuhan juga mengajar kita harus melepaskan pengampunan (Markus 11 : 25, Kolose 3 : 13). Amsal 3 : 9-10, kita harus menghormati dan memuliakan Tuhan dengan harta (apa yang kita miliki) dan hasil pertama dari segala penghasilan kita, maka hidup kita dilimpahi dengan segala berkatNya

Allah menghendaki kita menerima keselamatan dan kebahagiaan ditengah-tengah dunia yang semakin jahat, bahkan supaya kita selamat sampai di Sorga. Tanggalkan seluruh kehidupan lama kita, berjalanlah dalam Terang Allah yaitu dalam Firman dan Roh Kudus dengan hati yang taat, maka kita akan memiliki iman yang teguh dalam mengiring Tuhan. Tuhan Yesus memberkati kita yang setia melakukan kehendaknya!

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Nuh adalah orang yang menerima Allah dengan iman dan mempraktekkannya dalam hidup. harun dethan, MA. mahasiswa program Dortoral 2008 pada STT Lintas Budaya Jakarta. Salam dahsyaat dan luar biasa.