28 November 2009

PENDERITAAN MEMBUAT ROHANI KITA SEMAKIN DIPERBAHARUI


Ringkasan Khotbah Ibadah I, Minggu, 19 Oktober 2008
“PENDERITAAN MEMBUAT ROHANI KITA SEMAKIN DIPERBAHARUI”
Oleh : Pdt. David Yonathan
Ayat Pokok : II Korintus 4 : 16 - 18

II Korintus 4:16-18, “Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah kami semakin merosot, namun manusia batiniah kami dibaharui dari sehari ke sehari. Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.“

Dalam Markus 4:35-41, Yesus akan menyeberangi danau dan murid-murid-Nya membiarkan Yesus tertidur di buritan, kemudian datang angin taufan. Ketika murid-muridnya mengalami ketakutan dan putus asa, mereka pun membangunkan Yesus. Setelah Yesus segera menghardik angin dan menyuruh danau tenang, seketika itu juga angin menjadi reda, dan danau menjadi teduh sekali. Orang-orang yang melihat itu menjadi heran sebab hanya dengan perkataan saja, Yesus mampu langsung menyentuh permasalahan. Namun terkadang Yesus tidak selalu menyentuh permasalahan agar permasalahan itu menjadi hilang, ada saatnya Yesus menyentuh hati kita untuk memberikan kepada kita damai sejahtera dalam menghadapi permasalahan.

Manusia terdiri dari manusia lahiriah (tubuh) dan manusia rohaniah (roh). Ada beberapa perbedaan antara manusia lahiriah dan manusia rohaniah, antara lain:
1.       Manusia jasmaniah dan manusia rohaniah sama-sama membutuhkan makan dan minum. Dalam Matius 4:4 tertulis bahwa manusia hidup bukan dari roti saja namun juga dari setiap Firman yang keluar dari mulut Allah. Perbedaannya adalah pada manusia jasmaniah, setelah kita makan dan minum, kita akan merasa kenyang. Sedangkan pada manusia rohaniah, setelah kita makan dan minum, kita akan semakin merasa lapar dan haus. Dalam Matius 5:6 dikatakan bahwa berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Dengan maksud bahwa orang yang manusia rohaninya merasa lapar dah haus akan membawa mereka untuk semakin giat mencari Tuhan.
2.       Di saat kita menghadapi kesulitan, kesusahan dan berbagai permasalahan hidup, kondisi manusia jasmani kita dapat semakin merosot, namun kondisi manusia rohaniah kita dapat menjadi semakin kuat. Agar dalam menghadapi persoalan kehidupan rohani kita dapat semakin kuat, kita harus melihat teladan sikap Paulus. Dalam II Korintus 1:9, dijelaskan bahwa ketika Paulus merasa benar-benar putus asa, dia hanya berharap kepada Allah saja dan tidak bergantung pada kemampuannya sendiri

            Dalam II Korintus 5:17, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” dikatakan bahwa saat kita percaya kepada Yesus kita adalah ciptaan yang baru (dalam artian manusia rohaniah kita). Banyak hal-hal yang Allah ingin perbaharui dalam hidup kita, antara lain:
1.      Kerinduan kemauan kita terhadap Allah.
Seringkali kerinduan kita terhadap Allah semakin hari semakin hilang karena permasalahan yang kita hadapi setiap hari. Allah tidak ingin anak-anakNya tidak mempunyai rasa rindu terhadap Bapanya, oleh karena itu Allah ingin senantiasa memperbaharui rasa rindu kita terhadap Allah. Seperti Daud, yang mempunyai kerinduan yang sangat besar kepada Allah, sehingga dalam salah satu mazmurnya dia mengatakan bahwa lebih baik satu hari di rumah Tuhan daripada seribu hari di tempat lain (Mazmur 84:10). Dengan kita dekat kepada Allah dan memahami perkataanNya maka itu senjata yang kita perlukan di hari-hari terakhir ini untuk melawan godaan si iblis yang semakin gencar.
2.      Kasih dan cinta kita kepada Allah
Dalam Wahyu 2:4, Allah menegur jemaat Efesus yang telah kehilangan kasih mula-mula mereka. Allah ingin agar kita tetap memiliki kasih mula-mula kita kepada Allah. Seperti Abraham yang telah terbukti memiliki kasih yang besar kepada Allah karena Abraham telah mampu melewati ujian terakhirnya yaitu ketika Allah meminta Abraham untuk menyerahkan anaknya yang sangat ia cintai. Abraham terbukti lebih mengasihi Allah sebagai “Sang Pemberi” daripada Ishak yang merupakan pemberian.
3.      Kesanggupan dan kekuatan kita untuk berjalan dalam jalan Tuhan
Jalan Tuhan adalah jalan yang sempurna. Dengan sikap kita yang tidak sempurna, kita sering berusaha untuk mengingkari jalan Tuhan itu. Allah ingin senantiasa memperbaharui kekuatan kita untuk dapat berjalan dalam jalan Tuhan dan bukan dalam jalan yang kita buat sendiri. Bila kita berjalan dalam jalan yang kita buat maka pada saat permasalahan datang, kita akan menjadi tawar hati dan tidak tahu harus berjalan kemana, namun bila kita berjalan dalam jalaan Tuhan, maka Tuhan akan memimpin kita ke jalan yang terbaik untuk kita.

Kita seharusnya bersyukur untuk segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita. Semua hal yang terjadi baik keadaan senang ataupun susah, Itu semua Tuhan luaskan terjadi untuk membentuk hidup kita semakin hari menjadi apa yang Tuhan kehendaki, yaitu menjadi suatu “bejana yang indah dan sempurna”. Tuhan Yesus memberkati kita sekalian!.

Tidak ada komentar: