28 November 2009

TETAP MENJADI TEGAR DI MASA YANG SUKAR


Ringkasan Khotbah Ibadah I, Minggu, 26 Oktober 2008
“TETAP MENJADI TEGAR DI MASA YANG SUKAR”
Oleh : Pdt. Mantje Maniku
Ayat Pokok : Amsal 11 : 8

Dari Ayat pokok dapat kita ketahui, bahwa kehidupan orang benar tidaklah terlepas dari kesukaran dan kesusahan sama seperti orang fasik juga. Tuhan tidak pernah menjanjikan kemudahan dan kemulusan dalam kita mengiring Tuhan, seperti berjalan di jalan tol yang bebas hambatan. Namun ada keistimewaan bagi orang benar, yaitu Tuhan berjanji akan memberi kekuatan, ketegaran, dan keselamatan ketika kita menghadapi kesukaran itu.

Paulus juga pernah memperingatkan kepada Timotius (2 Timotius 3:1), bahwa pada hari- hari terakhir akan ada masa-masa yang sukar. Hal ini sudah dituliskan sebelumnya oleh Nabi Yeremia (Yeremia 17:17-18), dimana akan ada kehancuran yang dahsyat, yang akan menimpa orang-orang yang tidak percaya. Dikatakan dalam ayat tersebut “Kehancuran berganda” (Dalam terjemahan lain ditulis kehancuran 2 kali pecah), dan ini tentunya akan berdampak luar biasa bagi banyak orang. Namun dapat kita bandingkan dengan kehidupan orang benar dalam Amsal 4:18, “Tetapi jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari“. Ini berarti jalan orang yang benar, yang hidupnya mau seturut kehendak Tuhan, kian hari pasti kian bertambah, bukan diam ditempat ataupun mundur, tetapi terus maju. Oleh sebab itu jika kita mau hidup berkemenangan, kita harus hidup di dalam Yesus yang mau melakukan FirmanNya. Kekuatan akan Tuhan berikan ketika kita hidup melakukan FirmanNya.

Bagaimana caranya agar kita memperoleh kekuatan ditengah- tengah masa yang sukar ?
1.      Pasrah sepenuhnya ( berserah secara total kepada Tuhan )
Dalam Mazmur 8:3, “Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu telah Kau letakkan dasar kekuatan karena lawanMu, untuk membungkamkan musuh dan pendendam”.
Berbicara tentang 'bayi', kita dapat tarik pelajaran dari kehidupan bayi-bayi, ternyata bayi itu dalam hidupnya pasrah sepenuhnya kepada orang tuanya, jadi kelangsungan hidupnya sepenuhnya tergantung kepada orang tua yang merawatnya. Entahkah itu pada saat bayi makan, minum, mandi, dengan cara apapun ia hanya diam dan pasrah kepada orang tuanya, tidak ada tindakan melawan atau berontak tanda tidak setuju.
Demikianlah hendaknya kehidupan kita didalam kita mengiring akan Tuhan. Kita harus pasrah total kepada Tuhan yang berkuasa memelihara orang-orang percaya. Apapun yang Tuhan sedang dan akan kerjakan dalam hidup kita, seharusnya kita menerima dan jangan kita melawan dan berontak terhadap cara kerja Tuhan. Kita harus sadari bahwa setiap rencana dan kehendak Tuhan adalah yang terbaik bagi masing-masing kita.

Didalam sikap pasrah inipun harus diertai dengan ucapan syukur yang lahir dari hati yang tulus. Kita dapat mengambil contoh di dalam 2 Tawarikh 20:1-30. Ayat-ayat ini menjelaskan tentang kemenangan bangsa Yehuda dalam peperangan melawan orang-orang Moab dan Amon. Latar belakang bangsa Amon dan Moab adalah keturunan dari Lot, hasil dari perzinahan atau hawa nafsu anak-anak perempuannya terhadap Lot, Ayahnya sendiri.

Pada suatu ketika bangsa Amon dan Moab menyerang bangsa Yehuda dibawah pimpinan raja Yosafat, sehingga Yosafat menjadi takut (2 Tawarikh 20:3). Walau dalam keadaan takut, raja Yosafat mengambil keputusan atau tindakan yang tepat yaitu dia mencari Tuhan untuk memohon pertolongan dari Tuhan. Dalam keadaan seperti itu, raja Yosafat menyerukan kepada seluruh bangsa Yehuda untuk berdoa dan berpuasa. Mereka berserah atau pasrah kepada Tuhan dengan sepenuhnya, tidak mengandalkan kekuatan mereka sendiri sehingga Tuhan memberikan kemenangan dan kelepasan kepada mereka.
Jadi jika kita mau berserah atau pasrah total kepada Tuhan pada saat mengalami masalah seberat apapun atau tantangan, kesukaran sesulit apapun, maka Tuhan akan memberikan kekuatan, ketegaran, bahkan kemenangan dan kelepasan kepada kita. Tidak ada perkara yang mustahil di dalam Dia.

2.      Melekat sungguh kepada Tuhan
Dalam Mazmur 91:14-15, “Sungguh hatinya melekat kepadaKu…”. Dari sini kita ketahui bahwa ketika kita sunguh-sungguh melekat kepada Tuhan yaitu kita mau tinggal di dalam Tuhan dan mau melakukan kehendakNya maka Tuhan akan meluputkan kita dari segala bahaya, bahkan akan menjawab seruan permohonan kita. Bandingkan dengan Yohanes 15:5, Yesus adalah Pokok Anggur dan kita adalah ranting-rantingnya. Seperti halnya dengan ranting tidak dapat berbuah dan tidak dapat berbuat apa-apa jika diluar dari Pokok Anggur itu, demikian pula halnya dengan keberadaan kita. Jika kita jauh dari Tuhan (di luar Tuhan), maka kita tidak dapat berbuat apa-apa.
Dalam Roma 8:35, “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang?” Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari Yesus, jika kita benar-benar melekat denganNya, bahkan ketika kita merasakan penderitaan, Tuhanpun akan turut merasakannya (Kisah Para Rasul 9:4-5). Sama halnya dengan perangko harus melekat kuat dengan surat agar sampai kepada tujuan, demikian pula halnya dengan hidup kita, kita harus melekat sungguh dengan Tuhan Yesus, agar kita mencapai tujuan akhir hidup kita.

Jadilah anak Tuhan yang mempunyai penyerahan yang sungguh dan hidup melekat erat dengan Tuhan, maka kekuatan, ketegaran, kelapasan, dan kemenangan akan menjadi bagian hidup kita, sekalipun kita diperhadapkan dengan banyak tantangan. Kita harus sadari segala sesuatu terjadi dalam sepengetahuan Tuhan, Ia tidak akan membiarkan kita, dan tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya kepadaNYa. Puji Tuhan, Tuhan Yesus memberkati kita sekalian!

Tidak ada komentar: